Sejarah Lahirnya Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah (JATMAN)
KH. Nawawi
Berjan Purworejo (Tokoh dibalik berdirinya JATMAN)
Sejarah Lahirnya Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah (JATMAN)
Jika di andaikan sebuah rumah, maka Thariqat adalah pondasi
paling bawah yang menjadi dasar bangunan besar Nahdlatul ulama. Kemudian
pesantren, di lapis kedua, Nahdlatul ulama di lapis ketiga dan PKB mungkin di
lapis paling atas dari struktur bangunan organisasi kemasyarakatan NU.
"Karena masuknya Islam ke bumi Nusantara, diawali dengan masuknya
thariqat, jadi thariqat adalah peletak dasar bangunan NU. Kekuatan inilah yang
menjadikan NU mengakar di tengah-tengah jama'ah dan jamiyyahnya," demikian
diungkapkan Ro'is A'am Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'Tabarah An Nahdliyah, KH.
Habib Luthfiy Ali bin Yahya kepada NU Online di sela-sela Muktamar X badan
otonom NU ini di Pekalongan, Selasa, (29/3) lalu.
Menurutnya, sejarah membuktikan bahwa agama Islam di
berbagai belahan dunia berkembang berkat jasa para ulama yang kemudian dikenal
sebagai Wali Allah, seperti di India, Afrika Utara dan Afrika Selatan bahkan di
Indonesia. Di Aceh terkenal dengan serambi Mekkah, suatu gelar yang diberikan
untuk menggambarkan betapa pesatnya kemajuan Ilmu-ilmu Islam di daerah itu,
seperti Syekh Nuruddin Ar Raniri, Syekh Abdurrauf Singkly, Syekh Syamsuddin
Sumatrani, dan masih banyak lagi; sebagai orang-orang yang sangat berjasa dalam
pengembangan Islam di sana. Demikian pula di Jawa, terkenal dengan Walisongonya
sebagai ulama yang berjasa dalam pengembangan Islam. Dan masih banyak lagi yang
dapat disebutkan hanya untuk menjelaskan bahwa ulama-ulama tasawuflah yang
banyak jasa dan pengorbanannya dalam pengembangan Islam di dunia. Karena dimanapun
tempat mereka berada, walaupun berbeda adat dan budaya maupun bahasa mereka
berbaur dengan masyarakat dengan hati dan jiwa suci sehingga dengan mudahlah
ajaran Allah dan RasulNya difahami.
"Jadi sufisme atau dalam Islam diberi nama tasawuf , bertujuan
untuk memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan. Intisari sufisme, adalah
kesadaran akan adanya komunikasi rohaniah antara manusia dengan Tuhan lewat
jalan kontemplasi. Jalan kontemplasi tersebut, dalam dunia tasawuf dikenal
dengan istilah tarekat," urai habib yang memiliki puluhan ribu jama'aah
ini.
Tarekat, lanjutnya secara harfiah berarti jalan atau cara
untuk mencapai tingkatan-tingkatan (maqamat) untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan. Tarekat sebagai sebuah jalan, dalam dunia tasawuf, banyak muncul pada
abad ke-6 dan ke-7 Hijriyah, yaitu ketika tasawuf menempati posisi penting
dalam kehidupan umat Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, tarekat menjadi
semacam organisasi yang kegiatannya tidak hanya terbatas pada wirid, zikir,
tetapi pada masalah-masalah yang bersifat duniawi.
Dalam tasawuf, jumlah tarekat sangat banyak, tetapi kaum
sufi mengelompokkan tarekat menjadi dua jenis, yaitu tarekat mu'tabar (thariqah
yang mutashil (tersambung) sanadnya kepada Nabi Muhammad SAW), dan tarekat
ghairu mu'tabar (thoriqoh yang munfashil (tidak tersambung) sanadnya kepada
Nabi Muhammad. Untuk menghindari penyimpangan sufisme dari garis lurus yang
diletakkan para sufi terdahulu, maka NU meletakkan dasar-dasar tasawuf sesuai
dengan khittah ahlissunnah waljamaah. Dalam hal ini, NU membina keselarasan
tasawuf Al-Ghazali dengan tauhid Asy'ariyyah dan Maturidiyyah, serta hukum
fikih sesuai dengan salah satu dari empat mazhab sunni.
Dalam kerangka inilah, Jam'iyyah Ahlith Thariqah
Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (Jatman) dibentuk, yaitu untuk memberikan sebuah
rambu-rambu kepada masyarakat tentang tarekat yang mu'tabar dan ghairu
mu'tabar. Dari segi organisasi, Jatman secara de facto berdiri pada bulan Rajab
1399 H, bertepatan dengan Juni 1979 M. Tetapi, sebelum terbentuk Jatman, bibit
organisasi tersebut telah lahir, yaitu Jam'iyyah Thariqah Al-Mu'tabarah.
Kelahiran Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah tidak dapat
dilepaskan dari Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-26 di Semarang. Tetapi,
apabila dilihat dari segi ilmu dan amaliahnya, maka tarekat sudah ada sejak
Nabi Muhammad SAW diutus untuk membawa agama Islam ke muka bumi. Nabi Muhammad
menerima baiat dari malaikat Jibril, dan Jibril menerima dari Allah SWT.
Lebih jauh di jelaskan Habib Luthfi, sebelum terbentuk
Jatman, ulama-ulama Indonesia yang berpaham Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan aktif
di dunia tarekat telah membentuk organisasi tarekat, dengan nama Jam'iyyah
Thariqah Al Mutabarah. Pembentukan organisasi ini sebagai wadah untuk
menetapkan tarekat-tarekat yang mu'tabar dan ghairu mu'tabar, sehingga umat
Islam tidak terjebak dan salah dalam mengamalkan tarekat. Pembentukan
organisasi ini sebagai langkah untuk menghindari gesekan atau perpecahan di
tingkat grass root, akibat sikap fanatik yang berlebih-lebihan terhadap tarekat
yang dianutnya. Hal ini dikarenakan kecenderungan pengikut suatu ajaran
tarekat, dalam melakukan klaim kebenaran ajaran tarekat yang diikutinya.
Jam'iyyah Thariqah AI Mu'tabarah didirikan oleh beberapa
tokoh NU, antara lain KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, Dr KH ldham
Chalid, KH Masykur serta KH Muslih. Dengan tujuan awal untuk mengusahakan
berlakunya syar'iat Islam dhahir-batin dengan berhaluan ahlussunnah wal jamaah
yang berpegang salah satu dari mazhab empat, mempergiat dan meningkatkan amal
saleh dhahir-batin menurut ajaran ulama saleh dengan baiah shohihah; serta
mengadakan dan menyelenggarakan pengajian khususi/ tawajujuhan
(majalasatudzzikri dan nasril ulumunafi'ah).
Jam'iyyah Thariqah Al Mu'tabarah pertama kali melakukan
muktamar pada tanggal 20 Rajab 1377 atau bertepatan dengan 10 Oktober 1957 di
Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang. Muktamar pertama diprakarsai oleh
beberapa ulama dari Magelang dan sekitarnya, seperti KH Chudlori, KH Dalhar, KH
Siradj, serta KH Hamid Kajoran. Pada muktamar pertama mengamanatkan kepada KH
Muslih Abdurrahman dari Mranggen, Demak, sebagai rais aam. Pada muktamar pertama.